Selasa, 14 April 2009

Suku Kebelen Kelen Tercemar

Suku Kebelen Kelen adalah salah satu suku keturunan Gresituli. Suku ini juga diberikan kekuasaan untuk belo howe, sebagai kebelen di wilayah kiwang wolo rae. Keturunan Gresituli yang satu ini juga diserahi tugas sebagai pemegang "rie lima wanang" di koke Lewerang. Status kebelen yang diperoleh karena keturunan, tidak dipungkiri oleh semua masyarakat yang berada di Lewoingu dan sekitarnya. Keturnan Gresituli yang satu ini juga mempunyai hubungan saudara dengan suku Lewolein, Doweng Oneng, dan Ata Maran, fakta ini tidak dipungkiri oleh setiap keluarga besar keturunan Gresituli. Namun demikian, hubungan kekeluargaan itu bisa hancur karena sikap atau ulah dari suku lain terhadap saudaranya. Selama perjalanan sejarah Lewoingu, memang ada riak-riak ketidak cocokan, rumlah, sebagai kaka aring pasti ada beda pendapat, namun bisa diselesaikan secara damai pula di dalam keluarga, memang nenek moyangnya telah mengajar sikap persaudaraan, mau mendengar orang lain.
Hubungan kekeluargaan dari keturunan Gresitulis berjalan seiring dengan perjalanan sejarah kehidupan masyarakat Lewoingu. Dalam perjalanan sejarah suku Kebelen Kelen selalu ada batu sandungan yang hrus dilalui dengan berbagai upaya, tentunya rasa malu terus melekat di wajah suku Kebelen Kelen. Permasalahan yang membuat rasa malu itu bukannya datang dari suku-suku lain, akan tetapi karena ulang dari suku Kebelen Kelen sendiri. Bertolak dari pemikiran ini, mari saudara-saudaraku yang memiliki label di belakang namanya "Kebelen Kelen" atau hanya "Kelen" saja melihat perjalanan sejarah gelap kita.
1. Coba saudara-saudaraku mencari informasi tentang Bpk. Nasa, yang melakukan pelanggaran adat, akibatnya keturunan beliau menderita terus, penderitaan yang dialami keturunannya bermacam-macam. Maaf saya harus membuka mulut dan pasti suku lain juga tahu dengan jelas, tapi mereka berdiam diri. Perbuatan Bpk. Nasa tersebut tidak dapat diampuni walaupun secara adat telah dilakukan, tapi hasilnya nihil (kosong). Keturunan sudah sampai lapis ke berapa, namun masih menanggung dosa bapak/neneknya silakan tanyakan kepada bapak suku yang ada di Lewotana.
2. Usaha pemulihan atau pembersihan keturunan suku Kebelen Kelen yang dilakukan oleh Bpk.Pehang Boli di Riang, agar "mekong milang" ra rete pana, dan a yang ereng terus diwariskan ke generasi suku Kebelen Kelen. Usaha ini dilakukan Bpk.Pehang Boli dan Ema Gute Kumanireng, sewaktu saya masih duduk di bangku SMA, dan salah satu generasi termuda mengikuti acara adat itu adalah "Go", keturunan lain tidak ada. Pada upacara adat itu Bpk.Pehang Boli menceritrakan sejarah suku Kebelen Kelen, yang tidak lepas dari suku-suku keturunan Gresituli yang lain. Namun hanya satu pesan almarhum, hati-hati, eka mio tutu porang. Kata eka mio tutu porang mengandung arti yang luas sekali, silakan saudara-saudaraku tanyakan pada bapak suku yang masih hidup.
3. Perjalanan hidup, tidak lepas dari persaingan dan kedengkian antar pribadi. Sekitar tahun "70-an" terjadi peristiwa pembunuhan di Riang Duli oleh keluarga Kelen yaitu Bosu KebaKelen bersama keluarganya melakukan tindakan kriminal, membunuh salah satu keluarga suku Lewolein yang juga merupakan keturunan Gresituli. Peristiwa ini bagi kebanyakan generasi suku Kebelen Kelen adalah peristiwa kriminal biasa, tanpa meninjau lebih jauh ke belakang sejarah dari keluarga pembunuh ini. Tindakan yang dilakukan oleh Keluarga Bosu Keba Kelen bersama saudaranya Bei, merupakan suatu pukulan berat terhadap suku Kebelen Kelen, perbuatan ini tidak terasa oleh generasi Kebelen Kelen bahwa secara perlahan mulai ditinggalkan dan tidak dipercayai lagi oleh masyarakat Lewoingu. Ketidak percayaan ini dapat diketahui dari ucapakan beberapa orang suku lain, " a kebelen cuma mio hena"? kame kebelen hala? Ucapan ini ditangkap oleh generasi suku Kebelen Kelen sebagai perampokan hak, tanpa memaknai lebih dalam ucapan itu. Mereka mengucapkan itu karena melihat tindakan kita sebagai Kebelen tidak mencerminkan perilaku Kebelen di Lewotana.
4. Peristiwa tersebut di atas diakhiri dengan penghukuman terhadap pelakul dan para pelaku pembunuhan juga tidak kembali lagi ke kampung halaman, entah kemana rimbanya tidak jelas, ada yang telah meninggal dunia. Perbuatan ini kemudian dilakukan lagi oleh keturunan dari keluarga Kelen yang ini, akhirnya saya berpikir terus, mereka ini betul-betul keturunan Gresituli atau Kelen dari mana? Jadinya tidak jelas, membuat malu bagi suku Kebelen Kelen. Peristiwa "Blou" mengakibat ari Yoakim Maran menghembuskan nafas terakhirnya, si pelakunya adalah sdr.Kades Ledwoingu beserta premang-premang kampung lainnya. Maaf, bukan langsung menuduh, namun praduga tak bersalah. Padahal setiap darah yang cucur ke bumi Lewoingu dari keturunan Gresituli memiliki makna mempertahankan dan memperjuangan keadilan, membela batas wilayah. Ingat bapak saya Dalu Sani, Sare Sani (semuanya sudah almarhum) sampai dipenjarakan di Ende, cuma membela Lewotana, mengapa generasai Kelen lain melakukan tindakan yang mencemarkan suku Kebelen Kelen. Coba tanyakan sikap bapak saya Dalu Sani(alm) sampai dipenjarakan di Ende kepada Bpk.Frans Sepulo Beoang yang masih hidup dan kuat, saksi sejarah Lewotana. Kalian di Lewotana jangan busung dada ke sana kemari, namun bapak, nenek moyang kamu tidak jelas, dan tidak pernah berjuang untuk Lewotana .Go, koda piing, Lewotana yang bela mati-matian adalah bapak goeng, nenek moyang goeng, ata gehang amung hena. Go bangga kepada bapak goeng, semestinya masyarakat Lewoingu memberikan penghargaan kepada mereka, dan penghargaan kepada Bpk.Frans Sepulo Beoang yang masih hidup, rasa terima kasih kita kepada mereka. Beranikah masyarakat Lewoingu melakukan apa yang kami kemukakan di atas, jangan pengecut dong.
Saudara-saudaraku suku Kebelen Kelen kelihatan kalian belum menentukan sikap yang tegas atas peristiwa "Blou" , ini berarti apakah mendukung sdr.kades Lewoingu? Apa yang saya katakan ini dengan alasan bahwa, sdr.kades masih satu suku, domisili kades di sekitarnya, dan masih tetanggan, perasaan tidak baik kalau tidak mendukung pejuang hak-hak kejahatan. Tulisan saya ini sebagai rasa protes pribadi kepada salah satu saudaraku yang terindikasi sebagai pembunuh ari Yoakim Maran, seandainya saya di kampung Eputobi, saya mengumpul kan saudara2 Kebelen Kelen lainnya mengadakan demo untuk menurunkan kades, mengadakan demo di Polres FloresTimur untuk menuntut segera menuntaskan kasus "Blou" dan pembunuhnya yang telah terindikasi dan telah ditahan segera ditangkap dan dihukum.
Mengapa ada orang yg sok intelek di Lewotana mengadakan demo untuk mendukung kades Lewoingu. Kasihan, jangan membodohkan masyarakat lewotana. Lebih baik berpikir secara jernih, dan berkepala dingin, membantu pelaku-pelaku yg terindikasi tersebut untuk menyadarkan diri dan menyerahkan diri kepada aparat Kepolisian. Bukan ini merupakan suatu tindakan yg terpuji.

2 komentar:

  1. pak guru/ibu guru saya alumni smpn3wates,,
    saya mau tanya pak/ibu,,
    apakah bpk kellen kornelius masih menggajar di smpn3wates??? klo bpk/ibu berkenan kunjungi di fb saya{facebook}kediri_city@ymail.com
    salm hanggt dari saya yosep hs,,alumni thn 2004-2005

    BalasHapus
  2. pak..nara goe yodes kelen,ata Tenawahang.dari nene leworita kelen.goe skg kuliah pi jogja angkatan 2003, n ari goe tou kuliah pe madiun di kampus univ. widya mandala madiun jur. matematika.nara nae bedi kelen.menurut goe ulusanx bagus skali spy kame yg ana2 bisa moi asal/u suku kame bua...thanks.

    BalasHapus