Selasa, 14 April 2009

Jangan Mencari Kambing Hitam

Kebiasaan manusia pada umumnya setelah melakukan sesuatu yang salah atau bertentangan dengan keadaan masyarakat biasanya mencari kambing hitam. Kalau mencari kambing putih biasanya sulit karena akan kelihat boroknya. Kambing hitam memang warnanya hitam yang melambangkan kegelapan, artinya pelaku perbuatan itu berada dalam kegelapan. Kondisi demikian sedang dialami oleh saudaraku kades Lewoingu.
Mengapa harus mencari kambing hitam? Pertanyaan ini biasanya muncul apabila melihat pelaku berpura-pura membantu pihak yg berwajib mencari pelaku kejahatan sebenarnya, padahal yang berbicara itu adalah pelakunya. Maaf ini bukan langsung memfonis saudaraku kades Lewoingu, hanya suatu teguran keras dari perantauan. Mengapa, saudaramu di perantauan menegur anda secara keras? Teguran ini pasti ada dasarnya, dan kami juga tidak memberikan dasar yang dimaksud, silakan saudaraku kades merenung dalam dirimu sendiri.
Setelah merenung, saudara kades akan mendapatkan jawaban mengapa harus mencari"si kambing hitam" pada diri kita sendiri adalah" si kambingnya" Mohon maaf, kata yg kami gunakan bukan utk melecehkan saudaraku, tapi istilah umum yg biasa digunakan, di sini hanya memperluas maknanya sehingga kita dapat menerima suatu kenyataan hidup dengan lapang dada.
1. Selama ini, muncul berbagai berita tentang diri saudaraku kades, dan kami tidak habis berpikir mengapa saudara tidak mengambil suatu tindakan hukum atas pemberitaan itu. Di samping itu, saudaraku telah ditahan bersama dengan rekan-rekan seperjuang hak kejahatan, mengapa tidak menuntut kembali Polres Flores Timur? Ada apa??? Apakah anda takut? Negara kita adalah negara hukum, mengapa membiarkan diri saudara dibegitukan? Pertanyaan-pertanyaan ini sampai dengan saat ini belum ada yang berani secara tegas dan keras menyampaikan kepada saudaraku, karena merasa takut, atau akan dinilai menjadi blok kutub Barat, karena dunia ini sudah terbail termasuk desa Eputobi, kutub dunianya menjadi kutub Timur dan kutub Barat.
2. Kasus penahanan saudara bersama dengan rekan-rekan seperjuangan hak kejahatan adalah informasi dari sdr.Pite Koten. Kalau memang dalam proses pemeriksaan ternyataan saudara memang tidak bersalah, mengapa saudara tidak menuntut kembali kepada sdr.Pite Koten yang telah mencemarkan nama baik aparat desa, bagaimanapun jabatan masih tetap melekat pada diri saudara, walaupun utk beberapa saat dinonaktifkan, dan diaktifkan kembali yang menuai protes dan sikap apatis terhadap saudara. Mengapa sdr.Pite Koten dilindungi, saudara bersama dengan rekan-rekan seperjuangan hak kejahatan mencari memulai petualangan mencari "si kambing hitam". Coba carilah "si kambing putih" yang melambangkan kebersihan hati kita, tindakan kita.
3.Saudaraku kades, berhati-hatilah dengan anjing-anjing di samping saudara. Anjing memang seekor binatang yang membantu manusia, tapi juga seekor binatang yang mematikan. Jangan saudara memelihara anjing-anjing yang terus bergonggong ke sana kemari tidak ada yang jelas, setan, pencuri, atau penjahan? Dia menggonggong terus karena penjahatnya masih berada di sekitarnya, bukankah begitu? Maaf ini hanya membantu saudara keluar dari kemelut pribadi, cepat atau lambat perbuatan kita pasti terlihat oleh banyak orang.
4.Kalau memang saudara tidak melakukan kejahatan/pembunuhan terhadap adik Yoakim, tunjungan sikap kejujuran saudara, Lewotana sudah mengajar kita bersikap jujur dan lapang dada. Memang saudara bukan pelakunya, silakang memanggil tua-tua adat, baik dari Kebelen Kelen itu sendiri, Ata Maran (sebagai pihak yang menderita perbuatan kejahatan), Lewolein, Doweng Oneng, Kumanireng, Ama Tukan, dll. di lewotana untuk mengadakan sumpah di Lewooking yang nantinya disaksikan pula oleh pastor-pastor. Kalau di Jawa apabila orang dituduh melakukan suatu kejahatan tetapi pelakunya tetap mengatakan bahwa dia bukan pelakunya, ia berani memanggil para kiai-kiai mengadakan sumpah "Pocong". Dari apa yang saudaramu di perantauan mengemukakan di atas, bersediakah saudara untuk melakukan sumpah di Lewooking? Mari tunjukkan kejanttanan kita, jangan bersikap membusungkan dada ke sana kemari yang tidak ada gunanya.
5. Setelah saudaraku merenung dengan kepala dingin di kaki Salib di Lewohari, memperoleh wangsit bahwa saudara adalah pembunuh adik Yoakim Ata Maram, dengan secara jantan pula tampil di lewotana meminta maaf kepada keluarga korban, mengapa takut? Lakukan permintaan maaf di Lewooking sebagai tempat bersejarah di masa lalu leluhur kita membangun suatu masyarakat yang kemudian dinamai Lewoingu. Setelah saudara meminta maaf terhadap keluarga korban yang disaksikan oleh seluruh masyarakat Lewoingu, pastor-pastor, adik dengan jantan pula menyerahkan diri kepada pihak berwajib dan mengatakan kepada seluruh masyarakat Lewoingu bersedia menanggung segala hukuman atas perbuatan saudara. Di samping itu dengan jantang pula menyampaikan bahwa setelah selesai menjalankan hukuman,tidak akan kembali lagi ke Lewoingu. Biarlah hidup di daerah lain, dan berbuatlah kebaikan sebagai balas atas perbuatan kita di masa lalu. Di waktu-waktu mendatang saudara akan menjadi orang yang hebat.Bukan saja mencari makan di kampung kita, kampung kita telah membekali kita sikap kejujuran, kita bekarya di tempat lain juga untuk lewotana.
Kami mohon kepada semua pihak terutama, saudara-saudaraku di Lewoingu jangan menanggapi tulisan ini berlebihan, ini hanya merupakan seruan moral saja, karena situasi lewotana yang kacau balau dibiarkan terus, kapan kita memikirkan untuk membangun Lewoingu? Kepada saudaraku Ata Maran yang berada di mana saja, saya mohon maaf, tidak membela kepada kades Lewoingu, silakan membaca dengan kepala dingin, begitu toh mamung goeng, go hehuli mio hala.

1 komentar:

  1. Kakak Kornelis.....sebaiknya blog ini berisikan tulisan tentang Kebele'ng Kelen dalam sejarahnya di lewo tanah. dari tulisan itu kaitan peran bagi lewo tana terintegrasikan. Lebih elegan begitu dari pada digembar-gemborkan terlalu vulgar...

    BalasHapus